Bening bulir embun masih menggantung sempurna di pucuk-pucuk ilalang ketika kulintasi pematang sawah menuju desa ini, tarpaut suatu janji menambah energi untuk masuk ke perkampungan sepagi ini. Dengan iming-iming di perasaan sendiri: "setelah ini semua masalah akan selesai". maka langkah kaki semakin pasti melitasi remang suasana fajar di kaki Pegunungan sinabung. sesekali terdengar kicauan burung pagi, seolah berbisik "lanjutkan sobat.. fajar pasti menyingsing, digantikan hangatnya kemilau siluet mentari pagi".
Di pintu masuk desa kusapa seorang lelaki paruh baya yang sedang melentik-lentikkan badan meniru gerakan kucing yang baru bangun dari tidurnya.. "Maaf pak, rumah pak sandi sebelah mana ya pak?" mata si bapak memandang ke arahku seperti Smadav sedang menscan partisi-partisi hardisk eksternal di kompiku.. "ada perlu apa ya.. dengan pak sandi?" selidik si bapak kali ini, di ujung pertanyaan pandangan si bapak sesekali mengarah satu rumah di seberang jalan.. "oh ini pak, saya kemarin disuruh datang pagi ini untuk mengawinkan sapinya yang lagi birahi"..
Kening lelaki paruh baya seketika berkerut mendengar pernyataan singkat tentang niat mengawinkan sapi, "setahu saya pak Sandi tidak pernah punya sapi, itu yang bercat ungu rumahnya pak sandi". tanpa memikirkan pernyataan si bapak tentang pak sandi tak pernah punya sapi, saya permisi sambil mengucapkan terima kasih.
Rancangan rumah bercat ungu cukup modern, mengikuti gaya perumahan yang banyak menjamur di kota besar, pagar hidup yang masih sebatas lutut tertata rapi membatasai pekarangan rumah dengan selokan di pinggir jalan, ada beberapa bunga bakung merah hati di tanam berjejer bercampur dengan bougenvile dalam pot yang di letakkan secara acak, di teras dekat pintu rumah ada sepasang anturium yang sudah berbunga diletakkan di kiri kanan sisi pintu..
perlahan kuketuk pintu rumah yang terbuat dari kayu besi itu... dan langsung disambut sahutan " dorong saja... gak di kunci" gaya rumah ini cukup modern seperti rumah makhluk-makhluk berkarir propesional di kota-kota besar.. tapi sifat orangnya dalam menerima tamu masi seperti sifat masayarakat desa yang jauh dari buruk sangka, bayangkan aja, tanpa mengetahui siapa yang mengetuk pintu si empunya rumah langsung saja membolehkan masuk dan berkata kalau pintunya tidak dikunci...
tanpa memperpanjang cerita akhirnya setelah ngobrol panjang lebar dengan pak sandi, ternyata memang benar beliau tidak memiliki sapi.. tapi yang dia punya adalah kerbau, padahal saya tidak memiliki bibit kerbau, dan tidak pernah mempromosikan tentang inseminasi pada kerbau...
kecewa di pagi hari, memang terasa kessal... tapi sudahlah, selangkah di depan masi ada pekerjaan... keep spirit