Tadi pagi, sekitar jam 10, sambil menunggu pintu depan Carefour dibuka, sempat kuperhatikan seorang bapak paru baya, terlihat asik menggoda wanita di halte depan bank BRI Syariah, bahkan beliau sempat memanggil pedagang asongan dan membeli dua gelas air mineral, satu di tawarkan ke wanita sebelahnya sambil menanyai wanita itu seputar; pekerjaan, tinggal di mana, status, keluarga, dll.
Sesekali si bapak melihat NOKIA layar warna ada kameranya yang terbungkus dengan rapi.. sekilas si bapak 'cukup mapan', pakaianya rapi, baju kemeja putihnya masuk ke dalam celana hitamnya. Tapi saat itu aku ngga kepikiran memfotonya tuk lengkapin cerita ini... heheh.
Sesekali si bapak melihat NOKIA layar warna ada kameranya yang terbungkus dengan rapi.. sekilas si bapak 'cukup mapan', pakaianya rapi, baju kemeja putihnya masuk ke dalam celana hitamnya. Tapi saat itu aku ngga kepikiran memfotonya tuk lengkapin cerita ini... heheh.
Jelang siang, sekitar jam 11, keluar dari Carefour hendak menuju Gramedia. Kutelusuri halaman pertokoan sepanjang pintu keluar Carefour sampai depan Restoran Minang Simpang Raya, di jalan Iskandar Muda.
Di depan rumah makan ini bertemu lagi dengan bapak paruh baya tadi, tapi sungguh menggeramkan... tadi menggodai wanita dan bergaya parlente... di sini penampilannya berlobe putih, berpakaian sederhana dan berkain sarung... tapi bukan penampilan ini yang membuat geram...
Saat ini si bapak telah berubah, wajahnya penuh menghiba, duduk di emperan Restoran serta di depannya dilengkapi semangkuk uang ribuan... sambil sesekali tangannya dibuat-buat seperti orang lumpuh... (dia berubah menjadi pengemis)... geram...geram... geram... (upin ipin sound). sekali ini karena geram.. kufotolah bapak itu... (naga bonar sound), heheh
Di depan rumah makan ini bertemu lagi dengan bapak paruh baya tadi, tapi sungguh menggeramkan... tadi menggodai wanita dan bergaya parlente... di sini penampilannya berlobe putih, berpakaian sederhana dan berkain sarung... tapi bukan penampilan ini yang membuat geram...
Saat ini si bapak telah berubah, wajahnya penuh menghiba, duduk di emperan Restoran serta di depannya dilengkapi semangkuk uang ribuan... sambil sesekali tangannya dibuat-buat seperti orang lumpuh... (dia berubah menjadi pengemis)... geram...geram... geram... (upin ipin sound). sekali ini karena geram.. kufotolah bapak itu... (naga bonar sound), heheh
Tapi sudahlah.... ciri sabumi cara sadesa... lain orang lain prinsip hidupnya... memang sudah sebaiknya kita tidak menghardik pengemis...
Semua kita adalah pendagang, menjual sesuatu untuk nafkah hidup, Dokter menjual ramuannya untuk mendapat imbalan, pegawai negeri menjual pikiran dan idenya untuk gaji, tukang semir menjual keahliannya nyemir untuk makan malam, di semua profesi itu ada penjualan... bersyukurlah kita hanya menjual pikiran, skil, dan kemapuan kita untuk nafkah...
jangan hardik pengemis, tapi kasihanilah mereka... sebab mereka menjual sesuatu yang sangat mahal, untuk sarapan esok pagi... mereka menjual "HARGA DIRI" hanya untuk sepiring nasi jagung... sungguh itu tidak seimbang bukan??? sepotong Harga Diri dibarter dengan uang recehan...