Coba perhatikan cara makan durian si petani durian... durian yang jelek, dimakan tupai, atau yang kecil-kecil dipilihnya untuk dikonsumsi, sedangkan durian yang bagus dan besar-besar akan diberikan kepada orang lain (penjabaran dari dijual).
Petani tomat juga begitu, tomat cacat, setengah busuk, atau kecil-kecil dijadikan sayur tuk makan bersama keluarga tercinta... sedangkan tomat yang bagus dimasukkan ke keranjang dan diboyong kepasar tuk dinikmati mereka yang berduit beserta keluarga yang entah meraka cintai juga... heheh...
Semester dua kuliah di universitas andalas kami pernah keping di perkebunan teh Kayu Aro, kebetulan waktu itu ada Paman bekerja di perkebunan. Sesampainya di rumah paman, kami disuguhi dengan teh kualitas export. Ada banyak perbedaan teh ini dengan teh yang banyak dijual di pasaran..., teh kualitas export jika sudah diseduh jauh lebih jernih bila dibandingkan dengan teh yang di pasaran, warna seduhan teh kualitas export mendekati warna keemasan sedangkan teh-teh di pasaran umunya warna seduhannya mengarah ke merah pekat..., rasa juga jauh berbeda... tapi agak sulit menuliskan sensasi rasanya... mungkin pembaca lebih baik coba sendiri deh... :P :D...
Sambil minum teh, Paman berserita tentang teh kualitas export, kata beliau teh yang kita temui di pasaran itu umumnya teh kualitas No. 10 – 17, sedangkan teh No. 1 – 5 semuanya diexport perkebunan, alasannya sama dengan petani tomat dan petani durian... karena nilai ekonomis...
Durian, tomat dan teh... tiga komoditi yang berbeda tapi perlakuan petaninya sama. “yang jelek-jelek buat kita, yang bagus-bagusnya berikan ke orang lain”. Filosofis dibalik etos bangsa ini.... :)
Filosofis yang sulit memvonisnya baik atau buruk.. tapi menurut saya itu filosofis buruk.... heheh.. sebab “memberi yang terbaik buat orang lain” dengan alasan nilai ekonomi. Mungkin akan lebih baik jika “yang terbaik buat kecukupan kita, lebihnya buat orang lain” dengan alasan nilai kesehatan... :)
Kesehatanlah harta terspektakuler dalam hidup ini, menjaga kesehatan juga wujud nyata dari kesyukuran atas anugrah Yang Maha Pengasih....
Petani tomat juga begitu, tomat cacat, setengah busuk, atau kecil-kecil dijadikan sayur tuk makan bersama keluarga tercinta... sedangkan tomat yang bagus dimasukkan ke keranjang dan diboyong kepasar tuk dinikmati mereka yang berduit beserta keluarga yang entah meraka cintai juga... heheh...
Semester dua kuliah di universitas andalas kami pernah keping di perkebunan teh Kayu Aro, kebetulan waktu itu ada Paman bekerja di perkebunan. Sesampainya di rumah paman, kami disuguhi dengan teh kualitas export. Ada banyak perbedaan teh ini dengan teh yang banyak dijual di pasaran..., teh kualitas export jika sudah diseduh jauh lebih jernih bila dibandingkan dengan teh yang di pasaran, warna seduhan teh kualitas export mendekati warna keemasan sedangkan teh-teh di pasaran umunya warna seduhannya mengarah ke merah pekat..., rasa juga jauh berbeda... tapi agak sulit menuliskan sensasi rasanya... mungkin pembaca lebih baik coba sendiri deh... :P :D...
Sambil minum teh, Paman berserita tentang teh kualitas export, kata beliau teh yang kita temui di pasaran itu umumnya teh kualitas No. 10 – 17, sedangkan teh No. 1 – 5 semuanya diexport perkebunan, alasannya sama dengan petani tomat dan petani durian... karena nilai ekonomis...
Durian, tomat dan teh... tiga komoditi yang berbeda tapi perlakuan petaninya sama. “yang jelek-jelek buat kita, yang bagus-bagusnya berikan ke orang lain”. Filosofis dibalik etos bangsa ini.... :)
Filosofis yang sulit memvonisnya baik atau buruk.. tapi menurut saya itu filosofis buruk.... heheh.. sebab “memberi yang terbaik buat orang lain” dengan alasan nilai ekonomi. Mungkin akan lebih baik jika “yang terbaik buat kecukupan kita, lebihnya buat orang lain” dengan alasan nilai kesehatan... :)
Kesehatanlah harta terspektakuler dalam hidup ini, menjaga kesehatan juga wujud nyata dari kesyukuran atas anugrah Yang Maha Pengasih....