Subuh yang baik, cukup sejuk pagi ini, tidak sedingin biasanya... biasanya udara di bawah kaki gunung sinabung ni dingin sekali, apalagi menjelang subuh... wihhh... mau nyentuh air aja pake celup jari dulu ke air dlm gayung... heheh... dah kebiasaan kali ya :), padahal udah tau tu air pasti dingin, tapi tetep pake nyicip dulu, dan dah tau dengan celupin jari dinginnya gak bakal berkurang tapi tetep aja di celup... namanya juga kebiasan.. sulit di ubah.. :)
Btw, cerita pagi ni bukan dinginnya air dalam bak mandiku... atou secangkir kopi sidikalang di antara di antara remang pagi Gunung Sinabung.. tapi cerita sebuah SMS dari temanku sepenaungan Dinas yang sama... sms-nya bukan romatis2x (bacanya romantis-romantis), bukan juga serem2x, bukan pula aneh2x... sms normal kok... isinya ‘ucapan Selamat Hari Natal’ :)
mungkin temanku ni gak tau kalau aku ni muslim, itu hal biasa di Tanah Simalem ni, penduduknya begitu harmonis dalam keberagaman Aqidah... bahkan di desaku jarak antara Masjid dan Gereja begitu berdekatan, hal seperti ini pernah kulihat di Mentawai Island, tepatnya di Pulau Sikakap. disana juga posisi Masjid dan Gereja begitu berdekatan. so apa maksud cerita tukang ketik ni ya..?? jangan-jangan tukang ketik ni Aliran ‘JIL’..??? ow...ow...ow... jangan berburk sangka dulu :)...klo ‘berburuk rupa’ ya silahkan... heheheh....
di bulan desember ni, disaat saudara kita sebangsa dan setanah air yang beragama Nasrani sedang merayakan hari besar keagamaan mereka, mungkin ada baiknya kita bersikab sebagai Muslim yang benar.. memang untuk “Mengucapkan Selamat Hari Natal”, kan terasa sulit di bibir ni... tapi ingat selalu ada solusi di jalan yang Adil, Damai, dan sejahtera...
sms kawanku tadi mengingatkan kita pada sebuah ayat Al-Quran:
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. Maryam:33)
dan dari itu juga ku ingat sebuah Article M. Qurais Shihab dalambukunya ‘Lentera Hati’ dengan judul article ‘Selamat Natal ala Al-Quran’.
tadinya sempat cari-cari juga di Google, mana tau ada bloger yang sudah megutip buku Lentera Hati, tapi ternyata yang banyak di komentari para Blogger adalah Buku Membumikan Al-Quran, jadi ceritanya gak bisa Copy Paste nih... heheheh... tapi kali mau nuliskan 1 artikel penuh... waduh cape juga... tapi okelah kalau begitu...:) we try it.
Teks keagamaan yang berkaitan dengan akidah, menghindari redaksi-redaksi yang dapat menimbulkan kerancuan pemahaman. Kata “Allah” misalnya, tidak digunakan oleh Al-Quran ketika masyarakat masih memahaminya dalam pengertian yang keliru. (Amatilah wahyu-wahyu awal yang diterima rasul) Nabi sering menguji pemahaman ummat tentang Tuhan, misalnya, beliau tidak sekalipun bertanya, “Di mana Tuhan?” Tertolak riwayat yang menggunakan redaksi seperti itu karena menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada suatu tempat. dengan alasan serupa, para ulama terdahulu enggan menggudakan kata “Ada” atau “Keberadaan Tuhan” tapi menggunakan istilah “Wujud Tuhan”.
Aqidah yang diakarkan Nabi dengan jelas, tegas, tanpa penambahan dan banyak perincian. Ini berbeda dengan syariah. Pada mulanya shalat diwajibkan hanya dua kali sehari, dan ketika itu berbicara sambil shalat pun masih dibolehkan. Ada juga semacam kompromi dalam pelaksanaan syariah, namun tidak mungkin membicarakan hal itu disini. Tetapi yang pasti segala cara ditempuh untuk memurnikan Aqidah.
para pakar dari berbagai agama sepakat bahwa kerukuna beragama yang harus diciptakan, tidak boleh mengaburkan apalagi mengorbankanakidah. Sikap yang diduga mengaburkan pun dicegahnya. dalam kaitan inilah Islam melarang ummatnya menghadiri upacara keagamaan non-Muslim, seperti perayaan Natal. karena ketetapan islam menjunjung tinggi Isa Almasih, namun pandangannya berbeda terhadap beliau dengan panndangan umat Kristiani.
Disisi lain harus pula diakui bahwa ada ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat Natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa, tidak terlarang membacanya, dan tidak keliru pula mengucapkan ”selamat” kepada siapa saja, dengan catatan memahamimdan menghayati maksudnya menurut Al-Quran,demikemurnian aqidah. Mungkin bagi seorang awam sulit memahami dan menghayati catatan ini. Nah, disinilah para pemimpin dan panutan umat dituntut agar dapat bersfat arif dan bijaksana sehingga tidak menimbulkan pengeruhan akidah dan kesalahpahaman kaum awam.
Dalam suasana Natal yang dirayakan oleh umat kristen, pada temmpatnya umat Islam mengenang dan meghayati ucapan Selamat Natal yang diucapkan oleh Nabi Isa dan diabadikan Al-Quran: Salam sejahtera untukku pada hari kelahiranku, wafatku dan kebangkitanku kelak (QS 19:33). Namun, harus pula diingat bahwa sebelum mengucapkan salam tersebut ditegaskan oleh Al-Quran bahwa beliau adalah hamba Allah yang diperintahkan shalat, zakat, mengabdi kepada ibu, tidak bersikap congkak, dan tidak pula celaka (lihat QS 19: 30-32) dan ditutupnya ucapannya dengan berkata kepada umatnya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus (QS 19:36).
Inilah Selamat Natal ala Al-quran. Adakah seorang Muslim yang enggan atau melarang ucapan Selamat Natal dengan maksud demikian, sambil mempertimbangkan situasi dan kondisi di mana di ucapkan? Rasanya dan logika: Tidak! semaga perasaan dan logika itu tidak keliru, dan tidak pula disalah pahami.
itulah satu artikel penuh.... :) capek juga ngetiknya... kayak dirental aja ni... wah mataharinya dah keliatan... emmm... ngapain lagi ya kalo begitu... tidur????? heheheh.... :)
Btw, cerita pagi ni bukan dinginnya air dalam bak mandiku... atou secangkir kopi sidikalang di antara di antara remang pagi Gunung Sinabung.. tapi cerita sebuah SMS dari temanku sepenaungan Dinas yang sama... sms-nya bukan romatis2x (bacanya romantis-romantis), bukan juga serem2x, bukan pula aneh2x... sms normal kok... isinya ‘ucapan Selamat Hari Natal’ :)
mungkin temanku ni gak tau kalau aku ni muslim, itu hal biasa di Tanah Simalem ni, penduduknya begitu harmonis dalam keberagaman Aqidah... bahkan di desaku jarak antara Masjid dan Gereja begitu berdekatan, hal seperti ini pernah kulihat di Mentawai Island, tepatnya di Pulau Sikakap. disana juga posisi Masjid dan Gereja begitu berdekatan. so apa maksud cerita tukang ketik ni ya..?? jangan-jangan tukang ketik ni Aliran ‘JIL’..??? ow...ow...ow... jangan berburk sangka dulu :)...klo ‘berburuk rupa’ ya silahkan... heheheh....
di bulan desember ni, disaat saudara kita sebangsa dan setanah air yang beragama Nasrani sedang merayakan hari besar keagamaan mereka, mungkin ada baiknya kita bersikab sebagai Muslim yang benar.. memang untuk “Mengucapkan Selamat Hari Natal”, kan terasa sulit di bibir ni... tapi ingat selalu ada solusi di jalan yang Adil, Damai, dan sejahtera...
sms kawanku tadi mengingatkan kita pada sebuah ayat Al-Quran:
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. Maryam:33)
dan dari itu juga ku ingat sebuah Article M. Qurais Shihab dalambukunya ‘Lentera Hati’ dengan judul article ‘Selamat Natal ala Al-Quran’.
tadinya sempat cari-cari juga di Google, mana tau ada bloger yang sudah megutip buku Lentera Hati, tapi ternyata yang banyak di komentari para Blogger adalah Buku Membumikan Al-Quran, jadi ceritanya gak bisa Copy Paste nih... heheheh... tapi kali mau nuliskan 1 artikel penuh... waduh cape juga... tapi okelah kalau begitu...:) we try it.
Selamat Natal ala AL-Quran
*M. quraish Shihab
Ada tiga sisi dalam ajaran Islam yaitu aqidah yang harus dipahami dan diyakini, syaria yakni ketentuan-ketentuan hukum yang diamalkan, dan akhlak yaitu norma-norma yang menghiasi interaksi manusia.*M. quraish Shihab
Teks keagamaan yang berkaitan dengan akidah, menghindari redaksi-redaksi yang dapat menimbulkan kerancuan pemahaman. Kata “Allah” misalnya, tidak digunakan oleh Al-Quran ketika masyarakat masih memahaminya dalam pengertian yang keliru. (Amatilah wahyu-wahyu awal yang diterima rasul) Nabi sering menguji pemahaman ummat tentang Tuhan, misalnya, beliau tidak sekalipun bertanya, “Di mana Tuhan?” Tertolak riwayat yang menggunakan redaksi seperti itu karena menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada suatu tempat. dengan alasan serupa, para ulama terdahulu enggan menggudakan kata “Ada” atau “Keberadaan Tuhan” tapi menggunakan istilah “Wujud Tuhan”.
Aqidah yang diakarkan Nabi dengan jelas, tegas, tanpa penambahan dan banyak perincian. Ini berbeda dengan syariah. Pada mulanya shalat diwajibkan hanya dua kali sehari, dan ketika itu berbicara sambil shalat pun masih dibolehkan. Ada juga semacam kompromi dalam pelaksanaan syariah, namun tidak mungkin membicarakan hal itu disini. Tetapi yang pasti segala cara ditempuh untuk memurnikan Aqidah.
para pakar dari berbagai agama sepakat bahwa kerukuna beragama yang harus diciptakan, tidak boleh mengaburkan apalagi mengorbankanakidah. Sikap yang diduga mengaburkan pun dicegahnya. dalam kaitan inilah Islam melarang ummatnya menghadiri upacara keagamaan non-Muslim, seperti perayaan Natal. karena ketetapan islam menjunjung tinggi Isa Almasih, namun pandangannya berbeda terhadap beliau dengan panndangan umat Kristiani.
Disisi lain harus pula diakui bahwa ada ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat Natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa, tidak terlarang membacanya, dan tidak keliru pula mengucapkan ”selamat” kepada siapa saja, dengan catatan memahamimdan menghayati maksudnya menurut Al-Quran,demikemurnian aqidah. Mungkin bagi seorang awam sulit memahami dan menghayati catatan ini. Nah, disinilah para pemimpin dan panutan umat dituntut agar dapat bersfat arif dan bijaksana sehingga tidak menimbulkan pengeruhan akidah dan kesalahpahaman kaum awam.
Dalam suasana Natal yang dirayakan oleh umat kristen, pada temmpatnya umat Islam mengenang dan meghayati ucapan Selamat Natal yang diucapkan oleh Nabi Isa dan diabadikan Al-Quran: Salam sejahtera untukku pada hari kelahiranku, wafatku dan kebangkitanku kelak (QS 19:33). Namun, harus pula diingat bahwa sebelum mengucapkan salam tersebut ditegaskan oleh Al-Quran bahwa beliau adalah hamba Allah yang diperintahkan shalat, zakat, mengabdi kepada ibu, tidak bersikap congkak, dan tidak pula celaka (lihat QS 19: 30-32) dan ditutupnya ucapannya dengan berkata kepada umatnya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus (QS 19:36).
Inilah Selamat Natal ala Al-quran. Adakah seorang Muslim yang enggan atau melarang ucapan Selamat Natal dengan maksud demikian, sambil mempertimbangkan situasi dan kondisi di mana di ucapkan? Rasanya dan logika: Tidak! semaga perasaan dan logika itu tidak keliru, dan tidak pula disalah pahami.
itulah satu artikel penuh.... :) capek juga ngetiknya... kayak dirental aja ni... wah mataharinya dah keliatan... emmm... ngapain lagi ya kalo begitu... tidur????? heheheh.... :)